1. Apakah definisi dari Psikoterapi dan jelaskan
Secara etimologis
mempunyai arti sederhana yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau
sederhananya: jiwa dan “therapy” dari bahasa yunani berarti “merawat” atau
“mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan
terhadap aspek kejiwaannya”.
Psikoterapi
adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan
prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah
laku, pikiran, dan perasaan pasien supaya membantu pasien mengatasi tingkah
laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang
sebagai seorang individu (Semiun, 2006).
Maksudnya adalah
psikoterapis adalah suatu proses yang menggunakan interaksi antara pasien dan
terapis. Kata sistematis disini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi
dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandang teoretis
terapis. Sementara itu, psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian,
dan teori-teori psikologis serta
menyusun interaksi terapeutik. Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu
pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif, dan emosional serta
membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh dan memuaskan (Semiun,
2006).
Sementara itu
definisi psikoterapi menurut Tomb (1999) merupakan suatu bidang yang tidak
disertai objektivitas keilmiahan yang tinggi dan psikoterapi merupakan suatu
seni dan terapis yang baik dapat membuat perbedaan yang bermakna.
2. Jelaskan tujuan dari Psikoterapi
Ada lima tujuan
psikoterapi dan kebanyakan memusatkan perhatian pada salah satu atau lebih diantara tujuan-tujuan itu. Kelima
tujuan tersebut menurut Huffman, et al., (dalam Semiun, 2006) yaitu:
a. Pikiran-pikiran kalut: individu-individu
yang mengalami kesulitan secara khas menderita konfusi, pola-pola pikiran yang
destruktif atau tidak memahami masalah-masalah mereka sendiri. Para terapis
berusaha mengubah pikiran-pikiran ini dan memberikan ide-ide atau informasi
baru, dan membimbing individu-individu tersebut untuk menemukan
pemecahan-pemecahan terhadap masalah mereka sendiri.
b. Emosi-emosi kalut: orang-orang yang
mencari terapi pada umumnya mengalami emosi yang sangat tidak menyenangkan.
Dengan mendorong pasien untuk mengungkapkan secara bebas perasaan-perasaan dan
memberikan suatu lingkungan yang menunjang, para terapis membantu mereka
menggantikan perasaan-perasaan tersebut dengan perasaan-perasaan yang
mengandung harapan dan percaya akan diri sendiri.
c. Tingkah laku-tingkah laku yang kalut:
para terapis membantu pasien-pasien mereka menghilangkan tingkah laku yang
mengganggu dan membimbing mereka kepada kehidupan yang lebih efektif.
d. Kesulitan-kesulitan antarpribadi dan situasi
kehidupan: para terapis membantu pasien-pasien memperbaiki hubungan mereka
dengan keluarga, teman-teman, dan kolega-kolega seprofesi. Mereka juga membantu
para pasien itu menghindari atau
mengurangi sumber-sumber stres dalam kehidupan mereka seperti tuntutan-tuntutan
pekerjaan atau konflik-konflik keluarga.
e. Gangguan-gangguan biomedis:
individu-individu yang mengalami kesulitan kadang-kadang menderita
gangguan-gangguan biomedis yang langsung menyebabkan atau menambah
kesulitan-kesulitan psikologis. Para terapis membantu menghilangkan
masalah-masalah ini pertama-tama dengan obat-obatan, kadang dengan terapi
elektrokonvulsif dan atau psikobedah (psychosurgery).
3. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur dari Psikoterapi
Menurut Masserman
(dalam Karasu, 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup
unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk:
a) Peran
sosial (“martabat”) psikoterapis
b) Hubungan
(Persekutuan terapeutik)
c) Hak
d) Retrospeksi
e) Re-edukasi
f) Rehabilitisi
g) Resosialisasi
h) Rekapitulasi
Unsur-unsur
psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi
dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan
terapiutik, keadaan mental, dan kebutuhan pasien.
4. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara Konseling dan Psikoterapi
Brammer &
Shostrom (1977) mengemukakan perbedaan konseling dan psikoterapi bahwa:
Konseling
ditandai dengan adanya terminologi seperti: “educational, vocational, supportive, situational, problem solving,
conscious awareness, normal, present-time dan short-time”.
Sedangkan
psikoterapi ditandai dengan: “supportive
(dalam keadaan krisis), reconstructive,
depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotic and other severe
emotional problem and long-term”.
Perbedaan
konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973)
yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut:
Konseling untuk
|
Psikoterapi Untuk
|
1. Klien
|
1. Pasien
|
2. Gangguan
yang kurang serius
|
2. Gangguan
serius
|
3. Masalah:
jabatan, pendidikan, dsb
|
3. Masalah kepribadian
dan pengambilan keputusan
|
4. Berhubungan
dengan pencegahan
|
4. Berhubungan
dengan penyembuhan
|
5. Lingkungan
pendidikan dan non medis
|
5. Lingkungan
medis
|
6. Berhubungan
dengan kesadaran
|
6. Berhubungan
dengan ketidaksadaran
|
7. Metode
pendidikan
|
7. Metode
penyembuhan
|
5. Uraikan secara jelas bagaimana Psikoterapi melakukan berbagai pendekatan terhadap mental illness
a) Psychoanalysis &
Psychodynamic
Pendekatan
ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara
memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi dipikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama
kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari
Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan
dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna
mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan
dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa
yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya
masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu
menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang
dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight”
(pemahaman pribadi).
Beberapa metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance
Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation,
Catharsis dan lain sebagainya.
b) Behavior Therapy
Pendekatan terapi
perilaku (behavior therapy) berfokus
pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses
belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical
conditioning” atau “associative learning”.
Inti
dari pendekatan behavior therapy
adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan
sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia
mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil
dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita
telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah
perilaku ketakutan".
Tokoh
lain dalam pendekatan Behavior Therapy
adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu
konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari
hukuman.
Berbagai metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP),
Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant
Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law,
Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.
c) Cognitive Therapy
Terapi
Kognitif (Cognitive Therapy) punya
konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu,
pendekatan Cognitive Therapy lebih
fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi
pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar
dalam cognitive therapy antara lain
Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan utama
dalam pendekatan cognitive adalah
mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan cognitive adalah Collaborative
Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic
Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive
Analytic Therapy (CAT) dan sebagainya.
d) Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa
setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan
hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang
psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan
perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan
memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar
kesadarannya sendiri.
Metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered
Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies,
Transpersonal Psychotherapy dan Existential
Psychotherapy.
e) Integrative
/ Holistic Therapy
Yang sering saya
temui adalah seorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana
tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena
itu, saya menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan
sekaligus untuk membantu klien saya. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic
Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan
mental seseorang secara keseluruhan.
6. Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk utama dari terapi
a) Terapi Supportive
Tujuannya
memperkuat perilaku penyesuaian diri klien yang sudah baik, memberi dukungan
psikologis, dan menghindari diri dari usaha untuk menggali apa yang ada dalam
alam bawah sadar . alasan penghindaran karena kalau di bongkar
ketidaksadarannya, klien ini kemungkinan akan menjadi lebih parah dalam
penyesuaian dirinya. Psikoterapi suportif biasanya dilakukan untuk memberikan
dukungan pada klien untuk tetap bertahan menghadapi kesulitannya. Contohnya
mengatasi trauma kekerasan dengan tujuan merubah prilaku yang biasanya
dilakukan.
b) Psikoterapi Reeducative
Psikoterapi
reeducative bertujuan untuk mengubah
pikiran atau perasaan klien agar ia dapat berfungsi lebih efektif. Di sini
terapis tidak hanya memberi dukungan, tetapi juga mengajak klien atau pasien
untuk mengkaji ulang keyakinan klien, mendidik kembali, agar ia dapat
menyesuaikan diri lebih baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya.
Terapis di sini tidak hanya membatasi diri membahas kesadaran saja, namun juga
tidak terlalu menggali ketidaksadaran. Psikoterapi jenis redukatif ini biasanya
terjadi dalam konseling.
c) Terapi Reconstructive
Bertujuan untuk mengubah seluruh kepribadian pasien atau
klien, dengan menggali ketidaksadaran klien, menganalisis mekanisme defensif
yang patologis, memberi pemahaman akan adanya proses-proses tidak sadar, dan
seterusnya. Psikoterapi jenis ini berkaitan dengan pendekatan psikoanalisis dan
biasanya langsung intensif dalam waktu yang sangat lama. Pendekatan
psikoanalisis dimaksudkan menimbulkan pemahaman pada klien tentang
masalah-masalahnya, kemudian mendobrak untuk melakukan pemahaman selanjutnya
dan meningkatkan pengendalian ego atas desakan id dan superego.
Daftar Pustaka
Barry, Guze., et al. 1997. Psikiatri. Terj. Maulany & Setio, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Corey, Gerald.
2009. Teori Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta: Refika Aditama.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan
Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Singgih,
Gunarsa. 2004. Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Tomb, David A. 2003. Psikiatri,
Terj. Wiwie S & Mahatmi N, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.