ayoo lagi baca artikel apa? jangan lupa komentnya yaa ditunggu loh hehe :D

Senin, 13 Mei 2013

Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers


Kepribadian Sehat Menurut Rogers






Hal yang  pertama dikemukakan tentang versi Roger mengenai kepribadian yang sehat, yakni kepribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arah bukan suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuan ini, yakni orientasi ke masa depan ini, menarik individu ke depan, yang selanjutmya mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri. Rogers menyebut salah satu diantara buku-bukunya on Becoming a Person; buku ini merangkum dengan tepat sifat dari proses yang berlangsung terus itu.

Hal yang kedua tentang aktualisasi diri ialah aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rintangan, dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang. Rogers menulis, “aktualisasi diri merupakan keberanian untuk ada”. “Hal ini berarti meluncurkan diri sendiri sepenuhnya ke dalam arus kehidupan”. Orang itu terbenam dalam dan terbuka kepada seluruh ruang lingkup emosi dan pengalaman manusia dan merasakan hal-hal ini jauh lebih dalam dari pada seorang yang kurang sehat. Rogers tidak menggambarkan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri itu terus menerus atau juga hampir setiap saat bahagia atau puas, meskipun mereka benar-benar mengalami perasaan-perasaan ini. Seperti Allport, Roger juga melihat kebahagiaan sebagai hasil sampingan diri perjuangan aktualisasi diri; kebahagiaan bukan suatu tujuan dalam dirinya sendiri. Orang-orang mengaktualisasikan diri menjalani 8 kehidupan yang kaya, menantang, dan berarti, tetapi mereka tidak perlu tertawa terus-menerus.

Hal yang ketiga tentang orang-orang yang mengaktualisasikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri. Mereka tidak bersembunyi di belakang topeng-topeng atau kedok-kedok, yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka atau menyembunyikan sebagian diri mereka. Mereka tidak mengikuti petunjuk-petunjuk tingkah laku atau memperlihatkan kepribadian-kepribadian yang berbeda untuk situasi-situasi yang berbeda. mereka bebas dari harapan-harapan dan rintangan-rintangan yang diletekkan oleh masyarakat mereka atau orang tua mereka; mereka telah mengetasi aturan-aturan ini. Rogers tidak percaya bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri hidup di bawah hukum-hukum yang diletakkan orang-orang lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang diperlihatkan semata-mata ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri. Diri adalah tuan dari kepribadian dan beroperasi terlepas dari norma-norma yang ditentukan orang-orang lain. Akan tetepi orang-orang yang mengektualisasikan diri tidak agresif, memberontak secara terus terang atau dengan sengaja tidak konvensional dalam menceomoohkan aturan-aturan dari orang tua atau masyarakat. Mereka mengetahui bahwa mereka dapat berfungsi sebagai individu-individu dalam sanksi-sanksi dan garis-garis pedoman yang jelas dari masyarakat.

Menurut roger manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh masa kanak-kanak, tetapi menurutnya masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat jauh lebih penting daripada maa lampau. Tetapi beliau mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi kita memandang masa sekarang yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis.


Pengembangan diri

Anak-anak mulai membentuk suatu lukisan atau gambaran tentang siapa dirinya apabila ia telah mengembangkan kemampuan untuk membedakan apa yang menjadi miliknya dan semua benda yang dilihat, didengar, dan diraba. Pada saat ini abak telah mengembangkan pengertian diri (self-concept). Self-concept juga akan membentuk anak untuk menggabarkan ingin menjadi siapa. Gambaran-gambaran tersebut muncul akibat bertambah kompleksnya interaksi-interaki dengan orang lain.
Menurut roger, berkembang atau tidaknya diri itu tergantung pada cinta yang diterima anak pada masa kecil. Pada waktu berkembang anak belajar membutuhkan cinta. Roger menyebut kebutuhan ini sebagai penghargaan positif (“positive regard”). Positive regard merupakan suatu kebutuhan yang memaksa, dan dimiliki oleh setiap manusia. Dan setiap anak selalu terdorong untuk mencari positive regard. Anak yang menemukan kepuasan yang cukup kalau dia menerima kasih sayang, cinta dan persetujuan dari orang-orang lain. Dan akan merasa kecewa jika dia tidak menerima kasih sayang dan cinta. Pertumbuhan anak menjadi kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh mana kebutuhan positive regard dipenuhi dengan baik.

Kebutuhan penghargaan positif (positive regard), terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard), kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak tersebut dan diterapkan kepada dirinya.

2. Pengahargaan positif tidak bersyarat (unconditional positive regard), syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat pada masa kecil. Hal ini berkembang bila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang yang diberikan dan sikap yang ditampilkannya bagi anak menjadi suatu kumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan. Sikap ibu yang memperlihatkan conditional positive regard diinternalisasikan oleh anaknya.

Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada, tidak berarti bahwa diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkan tanpa dinasihati. Anak-anak yang bertumbuh dengan perasaan unconditional positive regard tidak akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Mereka merasa diri berharga dalam semua syarat. Dan jika syarat-syarat penghargaan tidak ada, maka tidak kebutuhan untuk bertingkah laku defensif.
           

Pokok-Pokok Teori Rogers

Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah

(1)   Organism, yaitu keseluruhan individu
(2)   Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman
(3)  Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasi dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.

A.    Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya

Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu :

1.      Keterbukaan pada Pengalaman

Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang harus dilawan karena tak satu pun yang mengancam. Itu berarti bahwa kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru.

2.      Kehidupan Eksistensial

Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Karna orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus menerus dipengaharui atau disegarkan oleh setiap pengalaman.

3.      Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Orang yang sehat terbuka sepenuhnya pada pengalaman, maka dia memiliki jalan masuk untuk seluruh informasi yang ada dalam suatu situasi membuat keputusan. Orang-orang yang aktualisasi diri adalah orang-orang yang percaya diri, percaya akan kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya. Ia akan bertindak sesuai dengan apa yang ia percayai sebagai sesuatu yang benar.

4.      Perasaan Bebas

Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Tambahan lagi, orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa-peristiwa masa lampau.

5.      Kreativitas

Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Mengingat sifat-sifat lain yang mereka miliki, sukar untuk melihat bagaimana seandainya kalau mereka tidak demikian. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang sebagaimana dikemukakan Rogers yang akan mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka. Tambahan lagi, mereka bertingkah laku spontan, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respon atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam disekitar mereka.

B.     Perkembangan Kepribadian “Self

Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan reality self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.

Self merupakan satu-satunya kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui geferensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai : “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hati, dan menarik.”

Sumber:

Suryabrata, S. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius