ayoo lagi baca artikel apa? jangan lupa komentnya yaa ditunggu loh hehe :D

Minggu, 30 Juni 2013

Abnormalitas dan Kaitannya dengan Konsep Motivasi, Stress dan Gender


Definisi Abnormalitas
Abnormalitas dapat di definisikan sebagai hal yang jarang terjadi atau penyimpangan dari kondisi rata-rata (seperti tinggi badan yang ekstrem). Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), abnormalitas adalah tidak sesuai dengan keadaan yang biasa, tidak normal dan mempunyai kelainan.

Beberapa hal yang menyebabkan abnormalitas:
1.  Penyebab biologis
Perilaku abnormal mungkin saja merupakan akibat dari gangguan fisik. Gangguan semacam itu dapat muncul dari berbagai sumber, seperti kondisi medis, kerusakan otak, atau paparan jenis stimulan tertentu di lingkungan. Banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan seseorang merasa dan bertindak abnormal. Sebagai contoh, abnormalitas medis di kelenjar tiroid dapat menyebabkan rentang kondisi mood dan emosi yang beragam. Kerusakaan otak yang diakibatkan oleh trauma kepala meskipun ringan, dapat mengakibatkan perilaku aneh dan perubahan emosi yang intens.
2.  Penyebab psikologis
Selain faktor biologis, ada juga faktor psikologis yang menyebabkan seseorang dapat mengalami abnormalitas. Contoh: komentar merendahkan seorang profesor dapat meninggalkan perasaan terluka pada seorang mahasiswa dan menyebabkan depresi berhari-hari. Kekecewaan dalam hubungan asmara dapat menimbulkan respons emosional yang intens selama berbulan-bulan. Sebuah trauma yang terjadi bertahun-tahun yang lalu dapat terus memengaruhi pikiran, perilaku, dan bahkan mimpi seseorang.
3.  Penyebab sosiokultural
Istilah sosiokultural mengacu pada berbagai lingkaran pengaruh sosial dalam hidup seseorang. Abnormalitas dapat pula disebabkan oleh kejadian-kejadian baik yang disebabkan oleh anggota keluarga di rumah atau teman di sekolah atau lingkungan dimana kita berinteraksi secara minimal dan maksimal dengan orang lain. Contoh: dibesarkan oleh orang tua yang sadis dapat menyebabkan seseorang membangun pola hubungan yang dicirikan dengan kontrol dan luka emosional.

Kaitan abnormal dengan konsep motivasi, stress dan gender

a.  Konsep motivasi




Motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu (drive) yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Motivasi seperti bahan bakar pada mesin, menentukan mesin bergerak atau akan terdiam selamanya. Istilah motivasi, seperti halnya kata emosi, berasal dari kata latin, yang berarti “bergerak”. Ilmu psikologi tentu saja mempelajari motivasi, sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang membuat kita melakukan apa yang kita lakukan. Motivasi merujuk pada pada proses yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju suatu tujuan, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan.
Motivasi memiliki penekanan pada tujuan (goals). Tujuan yang telah kita tetapkan dan alasan yang kita miliki untuk mengejar tujuan tersebut akan menetapkan pencapaian (prestasi) yang kita dapatkan, meskipun tidak semua tujuan akan menuntun kita pada prestasi yang nyata. Tujuan dapat meningkatkan motivasi apabila kondisi berikut ini:
a) Tujuan bersifat spesifik. Tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan yang terbaik”, bukanlah tujuan yang efektif, tujuan ini bahkan tidak berbeda dengan tidak memiliki tujuan sama sekali. Kita perlu lebih spesifik menentukan tujuan, termasuk menentukan waktu pengerjaan.
b) Tujuan harus menantang, namun dapat dicapai. Kita cenderung bekerja keras untuk mencapai tujuan yang sulit namun realistis. Semakin tinggi dan semakin sulit suatu tujuan maka semakin tinggi juga tingkat motivasi dan kinerja kita, kecuali kita memilih suatu tujuan yang mustahil dicapai.
c) Tujuan kita dibatasi pada mendapatkan apa yang kita inginkan, bukannya apa yang tidak kita inginkan. Tujuan mendekat (approach goal) merupakan penglaman positif yang kita harapkan secara langsung, seperti mendapatkan nilai yang lebih baik atau mempelajari cara menyelam dilaut. Tujuan menghindar (avoidance goal) melibatkan usaha menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti berusaha tidak mempermalukan diri sendiri.

Hubungan antara abnormalitas dengan motivasi sangat penting, ketika kita memiliki motivasi baik internal maupun eksternal tapi kita mempunyai abnormalitas, maka hal itu akan menjadi suatu masalah. Seperti halnya kita memiliki trauma mendalam ketika dimarahi oleh dan dosen, disaat itu juga kita mendapatkan nilai jelek di setiap mata kuliah yang kita ikuti, maka ini akan mempengaruhi motivasi awal kita yang ingin mendapatkan nilai bagus di setiap mata kuliah. Motivasi kita untuk mencapai suatu tujuan (goal) menjadi tidak terealisasi akibat abnormalitas yang disebabkan oleh faktor psikologi yang terjadi di dalam diri kita.

b.      Stress




Stress adalah pengalaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik dan psikis dalam diri seseorang akibat dari faktor lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain (Szilagyi, 2000). Stres biasanya dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Sering dikira disebabkan oleh sesuatu yang buruk, dan disebut sebagai distress. Tetapi ada juga stres yang positif, yang disebabkan oleh sesuatu yang baik, misal dipromosikan untuk kenaikan pangkat dengan diberikan pekerjaan di tempat lain.Gibson, Ivancevich dan Donnely (1996) mendefinisikan stress sebagai suatu tanggapan penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis, akibat dari setiap tindakan lingkungan, situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang. Definisi tersebut menggambarkan stres sedikit lebih negatif, sedangkan menurut pakar stres, Dr. Hans Selye,memperkenalkan stres sebagai suatu rangsangan dalam pengertian positif ,disebut sebagaiEutress. Eustress membuat individu mampu beradaptasi terhadap lingkungan dan menyebabkan terjadinya perkembangan ke arahyang lebih baik. Eutress diperlukan dalam hidup.
Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stres tidak hanya kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989). reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989).

Faktor-faktor Penyebab Gangguan Stres

a) Stressor sebagai pemicu stres jenisnya bervariasi antar individu. Stressor yang sama belum tentu memiliki pengaruh stres yang sama bagi orang yang berbeda, sehingga kemampuan mengatasi satu kondisi yang sama juga berbeda antara satu orang dengan orang lainnya (Wallace, 2007). Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik stressor dan persepsi serta toleransi individu terhadap stressor (Bucker, 1991). Karakteristik stressor meliputi makna stressor bagi individu, jumlah dan durasi stressor, komplesitas pengaruh dan waktu munculnya stressor.

b) Stressor yang memiliki makna tinggi bagi individu dirasakan lebih berat daripada yang kurang bermakna, misalnya meninggalnya istri menjadi stressor yang lebih tinggi daripada meninggalnya tetangga. Makin banyak jumlah stressor dan makin lama stressor tersebut menerpa, makin tinggi juga akibat yang dirasakan individu. Seseorang yang kematian anggota keluarga, kemudian kehilangan mobil, dan dipecat dari pekerjaan akan merasakan beban yang berat karena diterpa lebih dari satu macam stressor. Apabila stressor tersebut terjadi dalam durasi yang lama akan menyebabkan stres yang dirasakan makin berat. Pemecatan dari pekerjaan akan menimbulkan rentetan peristiwa yang dapat menjadi stressor lain, misalnya kondisi ekonomi keluarga memburuk, keharmonisan keluarga menghilang, konflik dengan orangtua, tuntutan biaya sekolah anak, dsb, yang semuanya menjadi stressor berat juga. Bagi individu yang berasal dari keluarga kaya mungkin tidak akan merasakan berat stressor pemecatan ini. Stressor yang muncul serta mendadak atau pada waktu yang tidak diharapkan akan dirasakan lebih berat daripada kalau individu sudah mampu memperkirakan munculnya stressor ini.

c) Toleransi individu terhadap stressor akan menentukan apakah ia akan menjadi terganggu atau tidak dengan munculnya stressor ini. Bucker dan Wallace mengatakan bahwa ada beberapa macam jenis stressor, yaitu :

1) Kematian
Meninggalnya seseorang yang dekat akan menimbulkan rasa kehilangan yang dalam, misalnya kematian pasangan hidup, anak, dan orangtua. Stres yang muncul dapat mengarahkan individu pada kesedihan yang tinggi.
2) Perceraian
Sebagaimana kematian, perceraian juga memunculkan ketakutan terhadap figur yang akan mendampingi atau memberikan nafkah dan perhatian kepada pasangan atau keluarga. Bagi anak akan mengalami kecemasan karena kehilangan figure pelindung orangtuanya.
3) Kesulitan Ekonomi
Kesulitan ekonomi yang terjadi akibat berkurangnya pendapatan akan memunculkan ketakutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup diri dan keluarga. Bagaimana memperoleh makan, pakaian, rumah, dan kebutuhan lainnya. Apalagi kalau individu tersebut terbiasa hidup mewah dan manja.
4) Frustasi
Kegagalan yang terjadi secara berulang-ulang ketika usaha yang dilakukan dirasakan sudah maksimal, akan menimbulkan rasa frustasi. Rasa frustasi akan menimbulkan ketakutan terhadap pencapaian target usaha yang dituntut diri sendiri atau orang lain. Misalnya, keluarga, masyarakat dan atasan dikantor.  
5) Konflik
Perbedaan dan pertentangan yang berujung pada konflik dapat menimbulkan ketakutan akan kelangsungan hidupnya, misalnya konflik dikeluarga dapat mengancam kelanggengan pernikahan, atau konflik dikantor akan menimbulkan kekhawatiran terhadap karirnya.
6) Tekanan
Tuntutan yang tinggi dari orang lain dapat menjadi sumber stres juga, misalnya atasan yang mematok target tinggi akan menimbulkan kekhawatiran tercapai atau tidaknya target tersebut.

Perilaku Abnormal dari Gangguan Stres
Dari uraian diatas dapat diketahui perialku abnormal akibat gangguan stres adalah sebagai berikut :

Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan. Biasanya adapula tindakan sadistik dan membunuh orang. Agresi ini sangat menggangu fungsi intelegensi sehingga harga dirinya merosot.

Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola primitif dan kekanak-kanakan. Misalnya dengan jalan menjerit-jerit, menangis meraung-raung, membanting barang, menghisap ibu jari, mengompol, pola tingkah laku histeris, dll. Tingkah laku diatas didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa ataupun tidak mampu memecahkan masalah. Tingkah laku diatas adalah ekspresi dari rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.

Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotipi, yaitu selalu memakai cara yang sama. Misalnya, menyelesaikan kesulitannya dengan pola membisu, membentur kepala, berlari-lari histeris, mengedor-gedor pintu memukul-mukul dada sendiri, dll. Semua itu dilakukan sebagai alat pencapai tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun alat balas dendam.

Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan adalah usaha untuk menghilangkan atau menekankan ketidak sadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat, nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif. Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak yang sering menggangu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan , halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dll.

Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasional dengan tidak menyenangkan. Misalnya, seorang yang gagal secara total melakukan tugas akan berkata bahwa tugas tersebut terlalu berat baginya karena dirinya masih muda.

Proyeksi
Adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang negative pada orang lain. Misalnya orang yang sangat iri hati dengan kekayaan dan kesuksesan tetangganya akan berkata bahwa sesungguhnya tetangganyalah yang sebenarnya irihati pada dirinya.

Tehnik Anggur masam
Usaha memberikan atribut yang jelek atau negative pada tujuan yang tidak bisa dicapainya. Misalnya seseorang mahasiswa yang gagal menempuh ujian akan berkata bahwa soal ujian tidak sesuai dengan bahan yang diajarkan.

Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan kelemahan dan kekurangan sendiri. Misalnya seorang diplomat yang gagal total melakukan tugas akan berkata “Inilah tehnik diplomatif bertaraf internasional, mundur untuk merebut kemenangan”

Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain, misalnya mengidentifikasikan diri dengan bintang film tenar, professor cemerlang dll. Semua itu bertujuan memberikan keputusan semu pada dirinya.

Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diri yang patologis dan berlebih-lebihan. Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dengan dunia luar.

Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan bertumpuknya kesulitan hidup, bertambahnya konflik-konflik batin yang kronis lalu terjadilah disintegrasi kepribadian.

c.   Gen
Abnormalitas yang Berhubungan dengan Kromosom dan Gen
Secara umum, penyebab terjadinya abnormalitas dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu yang disebabkan oleh gangguan biologis dan gangguan psikologis. Tentunya kedua sumber penyebab ini saling berinteraksi atau bahkan saling menguatkan menyebabkan abnormalitas.
Kali ini, pembahasan kita tentang abnormalitas diarahkan kepada gangguan biologis. Gangguan biologis penyebab abnormalitas bisa karena gangguan congenital, gangguan kromoson (struktur genetika), paparan bahan-bahan kimia, dan penyebab biologis lain. Untuk pembahasan lebih rinci, kita akan bahas pada bahasan lain. Pada kesempatan ini, kita tuntaskan pada pembahasan gangguan abnormalitas yang berhubungan dengan kromosom dan gen.
Pada beberapa kasus, abnormalitas memberi ciri pada proses genetik. Beberapa abnormalitas ini meliputi seluruh kromosom yang tidak terpisah dengan benar pada pasa pembelahan sel (fase miosis). Abnormalitas lain dihasilkan dengan adanya pewarisan gen yang abnormal atau adanya mutasi gen.
Kadang saat gamet dibentuk. Sperma dan sel telur tidak mempunyai rangkaian normal 23 pasang kormosom. Contoh yang paling jelas adalah sindrom down dan abnormalitas kromosom jenis kelamin.

Abnormalitas Yang Berhubungan dengan Kromosom

sindrom Down
Seseorang dengan sindrom down memiliki wajah yang bulat, tulang tengkorak yang datar, lipatan kulit ekstra diatas kelopak mata, lidah yang panjang, tangan dan kaki yang pendek, dan keterbelakangan dalam kemampuan mental dan motorik.
Sindrom ini disebakan oleh adanya duplikasi ektra dari kromosom 21. Tidak diketahui mengapa kromosom ektra dapat muncul, tetapi kesehatan dari sperma laki-laki dan sel telur perempuan dapat terlibat. Sindrom down muncul pada sekitar satu dalam setiap 700 kelahiran. Wanita antara umum 18 hingga 38 lebih tidak mungkin melahirkan bayi dengan sindrom down dibandingkan dengan waniya yang lebih muda atau yang lebih tua.

Abnormalitas yang Berhubungan dengan Jenis Kelamin
Bayi yang baru lahir memiliki kromosom X dan Y, atau dua kromosom XY untuk laki-laki dan XX untuk perempuan. Embrio manusia haru memiliki setidaknya satu kromosom X untuk dapat tumbuh. Abnormalitas kromosom yang berhubungan dengan jenis kelamin yang paling umum melibatkan adanya kromosm ekstra (baik X atau Y) atau ketiadaan satu kromosom X pada perempuan.

Sindrom Klinefelter
Sindrom klinefelter merupakan kelainan genetik di mana laki-laki memiliki kromosom X ektra, membuat mereka menjadi XXY dan bukan XY. Laki-laki dengan kelainan ini memiliki testis yang tidak berkembang, dan mereka biasanya memiliki dada yang besar dan tumbuh tinggi. Sindrom klinefelter terjadi sekitar satu dalam setiap 800 kelahiran hidup anak laki-laki.

Sindrom Fragile X
Sindrom fragile X adalah kelainan genetic yang merupakan akibat dari abnormalitas dalam kromosom X, yang menjadi terhimpit dan sering pecah. Defesiensi mental sering menjadi konsekuensi tetapi defesiensi ini mungkin mengambil bentuk berupa keterbelakangan mental, gangguan belajar, atau rentang perhatian yang pendek. Kelainan ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, kemungkinan pada kromosom X kedua pada perempuan dan menegasikan efek negative gangguan ini.

Sindrom Turner
Sindrom turner adalah kelainan kromosom pada perempuan di mana sebuah kromosm X hilang dan menjadikan pemiliknya XO dan bukan XX, atau kromosom kedua terhapus sebagian. Perempuan dengan sindrom ini berpostur pendek dan mempunyai leher yang tersambung oleh membran kulit. Mereka dapat tidak subur dan mengalami kesulitan matematika, tetapi kemampuan verbal biasanya cukup baik. Sindrom turner terjadi kira-kira 1 dari setiap 2500 kelahiran.

Sindrom XYY
Sindrom XYY merupakan kelainan kromosom dimana laki-laki memiliki kromosom Y ekstra. Ketertarikan awal pada sindrom ini terfokus pada keprcayaan bahwa kromosom Y esktra yang ditemukan pada beberapa laki-laki menyumbang terhadap perilaku agresi dan kekerasan. Meskipun demikian, peneliti kemudian menemukan bahwa laki-laki XYY tidak lebih mungkin melakukan kejahatan daripada laki-laki XY.
Abnormalitas yang Berhubungan dengan Gen
Abnormalitas dapat disebabkan oleh jumlah kromosom yang bervariasi; juga dapat disebabkan oleh gen yang berbahaya. Lebih dari 7000 gangguan genetik seperti ini telah diidentifikasi, meskipun sebagian besar gangguan ini jarang terjadi.

Phenylketonuria (PKU)
Phenylketonuria (PKU) adalah kelainan genetik dimana individu tidak dapat mencernaphenylalanine dengan benar (suatu asam amino). Hal ini diakibatkan oleh gen resesif dan terjadi sekitar 1 dalam setiap 10000 hingga 20000 kelahiran hidup. Jika phenylketonuria dibiarkan tidak dirawat, berakibat pada keterbelakangan mental dan hiperaktivitas. Phenylketonuria merupakan penyebab sekitar 1 persen dari individu yang dirawat karena keterbelakangan mental, dan biasanya terjadi pada orang kulit putih. Kini phenyketonuria dapat dideteksi dengan mudah dan disembuhkan dengan diet yang mencegah penimbunanphenylalanine secara berlebihan.

Sickle-cell Anemia
Sickle-cell anemia lebih sering tejadi pada orang Afrika-Amerika, merupakan kelainan genetik yang merusak sel darah merah tubuh. Sel darah merah biasanya terbentuk seperti lingkaran datar, tetapi dalam sickle-cell anemia, gen reseseif menyebabkan sel tersebut seperti menjadi “sabit”. Sel ini mati dengan cepat, menyebabkan anemia dan kematian dini penderitanya karena kegagalannya membawa oksigen ke sel-sel tubuh. Sekitar 1 dari 400 bayi Afrika Amerika terserang penyakit ini. 1 dari 10 orang Amerika pembawa gen, begitupula 1 dari 20 orang Latin.

Sumber:
Halgin, Richard P. dan Susan Krauss Whitbourne. 2010. Psikologi Abnormall: Perspektif Klinis Pada Gangguan Psikologis Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika